Menitipkan anak di Dyacare, positif atau negatif ?

homydaycare4

Anak adalah pusaka orang tua. Hampir segala sesuatu yang dilakukan oleh orang tua, selalu mempertimbangkan anak. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa dalam mengambil keputusan terkait anak, tidak ada istilah over consideration atau over preparation.

Demikian pula halnya dalam memutuskan pengasuhan anak, terutama bila kedua orang tua bekerja. Tidak dapat disangkali, fenomena working-moms adalah realita yang semakin banyak terjadi dan perlu disiasati. Bila kedua orang tua bekerja maka alternatif pengasuhan anak yang biasa dipertimbangkan adalah dititipkan ke kakek-nenek, atau dititipkan pada pengasuh di rumah, atau dititipkan di daycare yang mulai menjadi trend di kota-kota besar di Indonesia.

Keputusan pengasuhan tersebut benar-benar perlu dipertimbangkan masak-masak, demi kepentingan anak. Terkait itu, tulisan ini akan mengupas tentang alternatif terakhir, yaitu menitipkan anak di daycare karena hal ini masih sangat kurang dibahas di Indonesia. Alternatif menitipkan anak di daycare tentunya memiliki kekurangan dan kelebihan sendiri. Adapun kelebihannya antara lain :

1. Daycare biasanya memberikan program pendidikan yang lebih komprehensif serta menyediakan mainan yang edukatif bagi anak. Hasil studi dari University of North Carolina menunjukkan bahwa anak-anak yang dititipkan pada daycare yang berkualitas memiliki kemampuan kognitif dan bahasa yang lebih baik dibandingkan anak-anak yang tidak mendapatkan pendidikan seperti yang diberikan oleh daycare tersebut.

2. Di daycare anak mendapat kesempatan yang lebih luas untuk bersosialisasi dengan anak-anak lain seusianya dibandingkan di rumah, sehingga lebih terekspos pada berbagai pengalaman dan pemikiran. Sebuah studi yang dilakukan oleh University of Miami menemukan bahwa anak-anak yang dititipkan di daycare yang berkualitas, tidak hanya memiliki kemampuan sosialisasi yang baik, tapi juga memiliki kepercayaan diri yang kuat dan kemampuan memimpin (leadership).

3. Umumnya pengasuh di daycare diberi pelatihan khusus tentang pendidikan anak usia dini, sehingga dapat mengasuh anak dengan lebih baik dibanding baby-sitter.

4. Bila pengasuh anak sakit, akan ada pengasuh lain di daycare tersebut yang menggantikan, sehingga tidak merepotkan orang tua. Berbeda halnya bila baby-sitter atau pembantu di rumah sakit, maka orang tua akan kerepotan mencari pengganti pengasuh untuk anak.

Sedangkan kekurangannya, antara lain:

1. Biaya pendaftaran dan bulanan daycare cukup tinggi, selain itu di daycare umumnya ada late charges fee bila orang tua menjemput anak lebih lambat dari waktu yang telah ditetapkan. Di banyak keluarga yang menitipkan anaknya di daycare, pos biaya daycare umumnya merupakan pos biaya tertinggi. Terlebih bila daycare yang dipakai berlokasi di pusat kota, karena daycare di pusat kota umumnya lebih mahal dibandingkan daycare yang berlokasi di daerah pinggiran kota karena kebutuhan akan fasilitas daycare biasanya paling banyak di pusat kota dimana banyak gedung perkantoran (hukum supply & demand). Selain itu, umumnya biaya daycare untuk anak di bawah usia 2 tahun lebih mahal karena jumlah anak kelompok usia tersebut yang dapat diasuh oleh seorang pengasuh terbatas. Biasanya posisinya sebagai pos biaya tertinggi turun baru setelah anak memasuki usia sekolah, karena digantikan oleh pos biaya sekolah.

2. Menitipkan anak di daycare memerlukan usaha lebih dari orang tua, karena perlu mengantar anak setiap pagi dan menjemputnya kembali di sore hari.

3. Anak yang dititipkan di daycare lebih terekspos pada penyakit, karena ia terekspos pada lebih banyak anak lain. Bila ada anak lain yang sakit, ia lebih mudah tertular.

4. Bila anak menderita sakit yang cukup serius, orang tua tetap perlu back-up plan karena biasanya anak yang demikian tidak diperbolehkan untuk berada di daycare sampai ia pulih kembali.

Alternatif menitipkan anak di daycare, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, memang terbilang baru merebak di Indonesia, namun di negara-negara maju, alternatif tersebut merupakan suatu hal yang sangat umum. Oleh karena itu, sudah ada beberapa hasil penelitian yang cukup terpercaya tentang dampak menitipkan anak didaycare negara-negara tersebut. Adapun beberapa hasil penelitian yang cukup signifikan untuk dipertimbangkan adalah :

1· Good daycare are good for children, bad daycare are bad for children. Hasil penelitian ini mengimplikasikan bahwa tidak selalu menitipkan anak di daycare itu berdampak negatif bagi anak, atau sebaliknya selalu berdampak positif bagi anak. Yang menentukan baik tidaknya dampak menitipkan anak di daycare adalah kualitas dari daycare itu sendiri. Sedangkan hal yang paling menentukan kualitas daycareadalah kualitas para pengasuh di daycare tersebut.  Daycare yang baik pasti memiliki pengasuh yang ramah, suka anak-anak serta memiliki pengetahuan yang cukup tentang pendidikan anak usia dini.

Hasil penelitian lain yang cukup signifikan terkait menitipkan anak di daycare adalah dari National Institute of Child Health and Human Development yang menunjukkan bahwa menitipkan anak di daycare tidak otomatis membuat ikatan anak dengan orang tua rusak. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa dampak negatif terhadap ikatan anak dengan orang tua biasanya terjadi bila anak tidak menerima pengasuhan yang baik di daycare (kualitas daycare buruk), anak terlalu lama dititipkan di daycare, dan anak tidak menerima perhatian yang cukup dari orang tua ketika orang tua sedang tidak bekerja.

Dari hasil penelitian di atas, jelas terlihat bahwa menitipkan anak di daycare tidaklah berdampak negatif bagi anak, maupun bagi ikatan antara anak dengan orang tua, asalkan kualitas daycare dimana anak dititipkan baik. Oleh karena itu, bila orang tua memutuskan untuk menitipkan anak di sebuah daycare, orang tua perlu mempertimbangkan kualitas daycare tersebut. Bagaimana orang tua dapat menilai kualitas sebuah daycare? Tentunya dengan menggali informasi tentang daycaretersebut, baik melalui telpon ataupun kunjungan langsung. Dalam menggali informasi tentang daycare sebaiknya orang tua juga memiliki pandangan long-term agar anak tidak sering berganti lingkungan. Idealnya, anak berada di daycare yang sama selama minimal dua tahun.

Selain hal-hal praktis tersebut di atas, orang tua yang merencanakan untuk menitipkan anak di daycare juga perlu mempersiapkan diri secara emosional, karena umumnya di awal-awal masa anak berada di daycare orang tua akan merasakan salah satu ataupun gabungan dari perasaan berikut – merasa bersalah, khawatir, marah, sedih, cemburu ataupun lega. Bila menitipkan anak di daycare menimbulkan salah satu ataupun gabungan dari perasaan negatif tadi, orang tua dapat melakukan hal-hal berikut untuk mengatasinya :

1.Orang tua perlu menyadari bahwa apapun alasannya untuk kembali bekerja, tidak ada perasaan yang benar ataupun salah terkait menjadi working mother, karena setiap individu memiliki konteks hidupnya masing-masing yang tidak bisa disamakan.

2· Akui bahwa perasaan negatif tersebut ada. Jangan menekan perasaan negatif tersebut, melainkan sedapat mungkin bicarakan dengan orang yang mau mendengar dan mengerti. Perasaan negatif yang ditekan biasanya hanya tenggelam, tidak hilang dan bisa muncul kembali sewaktu-waktu bila ada memicu. Bila dibicarakan dengan orang yang tepat, perasaan negatif tersebut dapat diproses dan dikeluarkan melalui ekspresi verbal.

3· Usahakan membangun hubungan yang baik dengan pengasuh anak di daycaresehingga mengurangi perasaan khawatir akibat meninggalkan anak di daycare.

4· Jangan menghujani anak dengan hadiah untuk menghilangkan perasaan bersalah yang muncul akibat menitipkan anak di daycare. Lebih baik usahakan menyediakan waktu sebanyak mungkin bagi anak di luar waktu kerja, yaitu di malam hari sepulang kerja serta di akhir pekan, karena sesungguhnya yang diinginkan anak adalah waktu bersama orang tua. taken from  :  http://www.rumahshine.org 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

One Comment

  • Dan

    Saya mau komplain tentang cara mengasuh bayi yang dilakukan ibu-ibu masa kini. dimulai dari cara melahirkan yang lebih memilih cesar daripada normal, alasannya sakit & tidak mau repot mengatur berat badan dan ikut senam hamil. takdir perempuan itu merasakan sakitnya persalinan, kenapa lebih memilih perutnya dibelah pakai obat bius. setelah lahir, bayi tersebut duluan meminum susu formula, tidak ada usaha sedikitpun untuk mengeluarkan ASI yang jelas-jelas sangat dibutuhkan bayi tersebut, sebentar lagi botol bayi akan jadi ibu bagi bayi-bayi yang dilahirkan jaman sekarang. berikutnya tentang pengasuhan bayi yang ditelantarkan oleh ibu pekerja, itulah kenapa saya menolak pendapat tentang menikah muda, pikirkan sebelum menikah apakah keuangan sudah cukup untuk berkeluarga dan punya anak, jangan nafsu saja didahulukan dengan alasan tidak mau berbuat dosa. Sebenarnya pihak laki-laki saja yang harusnya bekerja, sedangkan ibu tinggal di rumah mengasuh bayi/anak. Saya tidak habis pikir ada ibu yang merelakan anaknya bersama pengasuh yang mungkin berpendapat bukan anak saya. Peran ibu sebagai orangtua yang harusnya berada di samping bayinya tidak saya temukan dalam masa sekarang ini, semuanya memakai pengasuh yang kalau bayi jatuh ataupun menelan benda logam pengasuh itu mungkin hanya akan menonton sinetron pavoritnya daripada memperhatikan asuhannya/bayi. atau pengasuh itu mungkin akan memaksa bayi itu untuk tidur di ayunan sekeras-kerasnya agar pengasuh ini bisa menikmati sinetron atau tidur mungkin karena begadang semalam. Saya sampai sekarang tidak masuk akal memberikan bayi/anak kepada pengasuh. apapun alasannya, kecuali ibu bayi itu sudah meninggal itupun harusnya bapak bayi itu menggantikan tugasnya atau memberikannya kepada keluarga dekat. Saya juga heran dengan ibu-ibu sekarang yang lebih memikirkan cara instan dengan memakai pampers kepada bayinya, sungguh hancurkan orangtua jaman sekarang yang tidak mengajari anak-anak gadisnya sebelum menikah bagaimana nanti jika punya bayi. Saya perhatikan iritasi karena urin & kotoran menempel di tubuh bayi karena pampers bukan hal luar biasa, semua biasa karena ada salep kulit kata ibunya. Coba bayangkan dari jam 7 pagi sampai jam 9 malam bayi ditangan pengasuh, mau dibawa kemana peran ibu jaman sekarang ini. Banyak hal yang ingin saya protes kepada ibu-ibu muda jaman sekarang ini, apalagi ini jaman BBM, Facebook, mungkin ibu-ibu muda jaman sekarang ini lebih baik membalas BBM ataupun menjawab comment facebook, daripada menganti celana bayinya yang baru saja terkena urin. atau pampers adalah jawabannya. celakanya waktu bersama bayi/anaknya hilang hanya untuk mengejar beberapa lembar uang, harusnya sebelum menikah semua harus dipersiapkan jangan mengorbankan bayi/anak. syukurnya calon istri saya orangnya mandiri, saya kasihan lihat orangtua yang mengorbankan anak/bayinya ditangan pengasuh, sedangkan ibunya sibuk mencari uang sampai manakah kekayaan itu dicari tidak cukupkah suami bekerja, kuncinya sebelum menikah persiapkanlah semuanya. terima kasih.