Usia Emas (Golden Age) Bagi Anak
Istilah golden age atau dalam bahasa Indonesia dikatakan usia emas, sudah mulai dikenal dimasyarakat setelah pendidikan anak usia dini juga merahbah di kota-kota atau desa-desa. Nah yang menjadi pertanyaan mengapa dikatakan usia emas ?, mengapa bukan dikatakan usia besi, usia perunggu, usia perak atau bahkan usia berlian. Bukankah konotasi besi itu kuat agar anak kita nantinya punya kekuatan sekuat besi yang nantinya disaat menghadapi berbagai tantangan dalam mengarungi hidup ini. Mengapa bukan usia perak, perunggu, baja, atau bahkan berlian agar nantinya anak kita menjadi orang terhormat dengan kedudukan yang megah. Bukankah berlian juga mahal ? bahkan terkadang ada berlian yang harganya lebih tinggi dari emas.
Prediksi penulis seperti ini, mungkin karenan emas itu terbilang logam mulia yang semua orang menyukai benda yang bernama emas. Yah.. kata orang benda ini dapat mengatasi masalah tanpa masalah, benar atau tidak tergantng sudut pandang seseorang.
Berbicara tentang emas yang dianggap semua orang merupakan barang mewah dan berharga sehingga tidak satu orangpun yang akan menyimpan benda ini disembarang tempat. Coba kita lihat bagaimana cara seseorang mengamankan jika memiliki benda yang bernama emas ini. Mula-mula benda ini disimpan dalam sebuah kotak, kotak ini yang pada umumnya disimpan lagi di laci lemari, laci ini dikunci pula. Laci ini berada didalam lemari sehingga yang lemarinya juga dikunci, artinya sudah dua lapis kunci menjaganya. Lemari ini biasanya berada di dalam kamar, kamar ini pula punya pintu yang juga punya kunci, berarti sudah lapis tiga
Setiap kamar berada di dalam rumah, rumahpun memiliki pintu yang tentunya tidak terlepas dari kunci pula. Rumah ini berada dipagari dan pagar ini juga memiliki kunci atau gembok yang besar-besar pula. Mulai dari kunci laci hingga pada kunci pagar berarti sudah lima lapis kunci yang menjaga barang berharga ini. Pertanda barang ini benar-benar mewah dan
tentunya sangat tinggi nilai jualnya.
Tetapi sadarkah kita bahwa emas yang bernilai begitu tinggi seolah tak tertandingi dengan benda lain, justru masih ada yang lebih tinggi nilainya yang terkadang hal ini diabaikan dan banyak terdapat disekitar kita.Tetapi sayang seribu sayang masih banyak dikalangan kita tidak memperhatikan hal tersebut, bahkan mengabaikan dengan berbagai alasan. Jangankan memperhatikan anak orang lain, justru ada saja di sekitar kita belum sepenuhnya memperhatikan pendidikan anak kandungnya sendiri.
Buah hati belahan jantung sekaligus sebagai amanah dari sang pencipta sering kali terabaikan, baik kasih sayang maupun kebutuhan lainnya termasuk pendidikan yang dapat mengantarnya berbahagia bersama orang tuanya di dunia dan akhirat.
Di usia emas ini seorang anak sangat peka terhadap segala hal yang terjadi dalam lingkungannya, sehingga usia ini pula ada yang menyebutnya sebagai usia kritis. Oleh karena itu jika anak berada direntang usia ini hendaklah disikapi dengan hal-hal yang positif baik dari segi bahasa maupun dalam hal tingkah laku. Sebab segala sesutu yang dilihat dan didengar dapat terekam di dalam otak dan tersimpan di memori anak. Bila anak diperlakukan dengan baik maka yang tersimpan adalah kebaikan pula dan kebaikan ini akan mewarnai hari-harinya dalam mengarungi hidup ini.
Demikian pula sebaliknya manakala anak menerima didikan yang keras, kasar dari kesehariannya maka itu pula yang terekam dalam memorinya dan akan pula mewarnai kehidupannya kelak. Jadi apa yang ditanamkan di hati anak-anak saat ini akan menjadi karakter mereka kelak (Richard De Haan). Perlu difahami bersama bahwa usia emas seorang manusia hanya terjadi sekali dalam seumur hidup, olehnya sangat diharapkan usia ini tidak disia-siakan.
Dibawah ini beberapa ungkapan Dorothy Low Nolte dalam bukunya Children Learn What They Live With. (Dari Lingkungan Hidupnya Anak anak belajar)
Jika anak banyak dicela, ia akan terbiasa menyalahkan
Jika anak banyak dimusuhi, ia akan terbiasa menantang
Jika anak dihantui ketakutan, ia akan terbiasa merasa cemas
Jika anak banyak dikasihani, ia akan terbiasa meratapi nasibnya
Jika anak dikelilingi olok-olok, ia akan terbiasa menjadi pemalu.
Jika anak dikitari rasa iri, ia akan terbiasa merasa bersalah.
Jika anak serba dimengerti, ia akan terbiasa menjadi penyabar.
Jika anak banyak diberi dorongan, ia akan terbiasa percaya diri
Jika anak banyak dipuji, ia akan terbiasa menghargai.
Jika anak diterima oleh lingkungannya, ia akan terbiasa menyayangi.
Jika anak tidak banyak dipersalahkan, ia akan terbiasa senang menjadi dirinya sendiri.
Jika anak mendapatkan pengakuan dari kiri-kanan, ia akan terbiasa menetapkan arah langkahnya.
Jika anak diperlakukan dengan jujur, dia akan terbiasa melihat kebenaran.
Jika anak ditimang tanpa berat sebelah, ia akan terbiasa melihat keadilan.
Jika anak mengenyam rasa aman, ia akan terbiasa mengandalkan diri dan mempercayai orang sekitarnya.
Jika anak dikerumuni keramahan, ia akan terbiasa berpendirian: “Sungguh Indah Dunia Ini!”
. . . Bagaimanakah Dengan Anak Anda?
Masa emas terjadi hanya sekali dalam kehidupan manusia oleh karena itu rentang usia 0-6 tahun harus benar-benar diperhatikan dengan cara menstimulasi sejak dini mengenai aspek-aspek yang ada dalam diri setiap anak. Disisi lain di dalam sanubari kita yang paling dalam, pernahkah muncul pertanyaan “mampukan kita menjadikannya generasi emas” sebagaimana dia pernah melalui masa emas???
Pada rentang usia emas ini harus dilakukan berbagai kegiatan agar rentang waktu ini tidak terlewat dengan sia-sia. Untuk mengisi kegiatan di usia emas ini dapat dilakukan dengan mengikutkan anak di lembaga pendidikan anak usia dini yang saat ini telah banyak diselenggarakan di masyarakat. Tujuannya adalah untuk memberikan pendidikan informal yang berfungsi menggali potensi anak yang belum nampak dengan pengembangan pembelajaran dengan menekankan pada aktivitas gerak. Anak yang aktif secara fisik memiliki kesempatan lebih baik dibandingkan anak yang tidak aktif.
Playing learning merupakan suatu aktivitas yang menjadi salah satu bagian dari proses belajar anak usia dini karena pembelajaran terjadi pada saat si anak melakukan kegiatan bermain. Penting bagi orang dewasa untuk menyadari, bahwa bermain bagi anak-anak merupakan proses menggali potensi diri yang belum terlihat. Bermain merupakan salah satu metode sederhana untuk merangsang kemampuan dan bakat anak yang terpendam. Kemampuan bersosialisasi dengan orang lain dan lingkungan sekitar pun dapat terjadi melalui proses bermain yang dialami seorang anak.
Mengapa harus Bermain???
Karena bermain merupakan Dunia anak untuk menimba berbagai
pengetahuan dengan tidak merasakan kebosanan
http://www.bpplsp-reg5.go.id